JAKARTATERKINI.ID - Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Tangerang, Banten, melaporkan penurunan angka keluarga berisiko stunting (KBS) di daerah tersebut, turun dari 354 ribu kasus menjadi 118 ribu pada tahun 2023.
Hendra Tarmizi, Kepala DPPKB Kabupaten Tangerang, mengungkapkan bahwa angka keluarga berisiko stunting pada tahun 2022 mencapai 354.000 kasus, namun mengalami penurunan signifikan sebanyak 118.000 kasus. Ini merupakan hasil kerjasama dari Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), yang melibatkan berbagai perangkat daerah terkait.
Baca juga : BPBD Lebak Catat 2.247 Rumah Terdampak Bencana Alam, Lima Orang Meninggal Dunia
Pemerintah Kabupaten Tangerang berhasil menekan angka keluarga berisiko stunting sebesar 236 ribu kasus. Terdapat juga penurunan sebanyak 5.391 kasus stunting di Kabupaten Tangerang, menyusul angka sebelumnya yang mencapai 9.000 pada tahun 2022.
Stunting, yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, menjadi perhatian serius. Hendra menyebutkan bahwa penyakit infeksi kronis pada balita juga dapat menjadi penyebab balita menderita kurang gizi.
Pj Bupati Tangerang, Andi Ony, memimpin program Gerakan Bersama Atasi Kemiskinan Ekstrim dan Cegah Stunting atau Gebrak Tegas pada akhir tahun 2023. Program ini melibatkan kolaborasi dengan beberapa perangkat daerah terkait, dengan harapan penurunan stunting dapat terfokus dan terkendali.
Baca juga : KAI Group Layani 22,9 Juta Penumpang pada Libur Natal dan Tahun Baru 2024-2025
Hendra mengimbau seluruh masyarakat Kabupaten Tangerang, terutama ibu hamil, remaja putri, dan pemilik balita, untuk rajin mengunjungi posyandu. Hal ini diharapkan dapat membantu mengidentifikasi gejala awal kekurangan gizi dan mengatasinya secara tepat waktu.