JT - Peneliti Ekonomi dari The Indonesian Institute Center for Public Policy Research (TII), Putu Rusta Adijaya, mengungkapkan bahwa terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) berpotensi meningkatkan kebijakan proteksionisme dalam perdagangan internasional, yang dapat berdampak negatif bagi Indonesia.
Putu menjelaskan bahwa Trump, sebagai kandidat dari Partai Republik, berhasil mengalahkan Kamala Harris dari Partai Demokrat dalam pemilihan presiden AS, dan dengan moto "America First," ia diperkirakan akan menerapkan kebijakan proteksionisme yang lebih kuat.
Baca juga : Ribuan Warga Gaza Gagal Ibadah Haji Tahun Ini Akibat Agresi Israel
“Di tengah ketidakpastian ekonomi global, kebijakan 'America First' Trump dapat memperkuat proteksionisme perdagangan internasional dan berimbas negatif bagi Indonesia. Potensi pertama adalah pengurangan net export Indonesia karena Trump diperkirakan akan menaikkan tarif impor AS sebesar 10-20 persen,” ujar Putu di Jakarta, Kamis.
Pengurangan net export ini akan berpengaruh langsung pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi triwulan-III 2024 tercatat 4,95 persen year-on-year, masih di bawah rata-rata 5 persen yang dicapai dalam beberapa tahun terakhir.
Putu menambahkan, dampak kedua dari kebijakan Trump adalah meningkatnya capital outflow, yaitu aliran modal yang kembali ke AS. Trump berencana memberikan insentif besar berupa pemotongan pajak dan deregulasi bagi perusahaan multinasional AS dan investor asing agar lebih fokus beroperasi di AS.
Baca juga : 196 Pekerja Kemanusiaan Tewas di Gaza
“Daya tarik ekonomi domestik AS yang lebih kuat bisa memicu pelemahan nilai tukar rupiah, yang akan berdampak pada perusahaan Indonesia yang memiliki utang dalam dolar, dan potensi efisiensi perusahaan dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) di masa depan,” kata Putu.
Dampak ketiga, lanjut Putu, adalah kemungkinan negara-negara lain juga akan merespons dengan proteksionisme, yang bisa semakin menghambat perdagangan bebas.