JT - Presiden Asia Council for Small Business (ACSB) Indonesia, Peng Suyoto, menekankan pentingnya meningkatkan rasio wirausaha di Indonesia jika negara ini ingin mencapai status negara maju. Saat ini, Indonesia membutuhkan rasio 12-13 persen pelaku usaha atau wirausaha untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam pernyataannya di Jakarta pada Senin (21/10), Peng menyatakan bahwa pemberdayaan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi prioritas.
Baca juga : Huawei Catat Kenaikan Pendapatan Penjualan 34,3% pada Paruh Pertama 2024
"Kualitas UMKM kita masih jauh tertinggal dibanding negara-negara maju, sehingga penting bagi kita untuk memberdayakan mereka agar mampu bersaing di tingkat global," ungkap Peng, usai Munas ACSB yang diadakan di Markplus Institute.
Data dari Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan bahwa rasio wirausaha di Indonesia saat ini baru mencapai 3,47 persen. Oleh karena itu, ACSB Indonesia merancang program yang melibatkan kerja sama antara pemerintah, swasta, dan akademisi melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) untuk mendukung pengembangan UMKM.
Kolaborasi ini akan melibatkan beberapa kementerian, termasuk Kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Pariwisata. Menurut Peng, koordinasi lintas kementerian diperlukan agar program-program tersebut berjalan secara efektif dan masif.
Baca juga : BCA UMKM Fest Sukses dengan Transaksi Rp17 Miliar, Dukung Produk Lokal Berdaya Saing
Sebagai bagian dari rencana tersebut, ACSB akan mengadakan konferensi akademik secara rutin, minimal setiap tiga bulan sekali, untuk terus meningkatkan kapasitas dan daya saing UMKM.
Hermawan Kartajaya, pendiri sekaligus presiden pertama ACSB Indonesia, mengakui bahwa tantangan besar dihadapi UMKM selama pandemi COVID-19, yang menghantam hampir semua sektor ekonomi di Indonesia.