JT - Pengamat energi Komaidi Notonegoro menegaskan bahwa komponen bahan bakar avtur bukanlah satu-satunya penyebab mahalnya harga tiket pesawat di Indonesia. Dia menjelaskan bahwa harga tiket pesawat yang dibayar konsumen ditentukan oleh 16 komponen, di mana avtur hanya merupakan salah satu di antaranya.
"Harga tiket pesawat yang dibayar konsumen, ditentukan oleh 16 komponen, dan avtur hanya satu dari 16 komponen tersebut. Jadi, tidak tepat menyimpulkan bahwa tingginya harga tiket pesawat untuk penerbangan domestik disebabkan oleh mahalnya harga avtur," ungkap Komaidi dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Baca juga : Menag: Dana Abadi Pesantren 2025 Diperkirakan Capai Rp267 Miliar
Komaidi, yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, merujuk pada ketentuan dalam Permenhub Nomor 20 Tahun 2019, yang menyatakan bahwa komponen tarif atau harga tiket pesawat mencakup tarif jarak, pajak, iuran wajib asuransi, serta biaya tambahan (surcharge).
Tarif jarak terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung meliputi biaya operasi tetap dan variabel, seperti penyusutan atau sewa pesawat, biaya asuransi, gaji tetap kru dan teknisi, serta biaya bahan bakar (avtur).
"Berdasarkan ketentuan Permenhub 20/2019, harga tiket pesawat yang dibayar oleh konsumen mencakup sekitar 16 komponen biaya maskapai, termasuk pajak, asuransi, dan surcharge. Oleh karena itu, peningkatan harga tiket pesawat tidak hanya berkaitan dengan harga avtur, tetapi juga ditentukan oleh 15 komponen biaya lainnya," jelasnya.
Baca juga : Vendor: Kementan Berutang Rp1,6 Miliar Setelah Penuhi Permintaan SYL
Komaidi melanjutkan bahwa studi menunjukkan rata-rata porsi biaya avtur dalam komponen harga tiket pesawat berkisar antara 20–40 persen, menunjukkan bahwa terdapat 60-80 persen komponen biaya penerbangan lainnya di luar biaya avtur.
Dia menekankan bahwa fokus sempit pada penurunan harga avtur untuk mengurangi harga tiket pesawat dapat mengarah pada kebijakan yang tidak proporsional. Porsi biaya avtur terhadap total biaya penerbangan beberapa maskapai, seperti Garuda Indonesia, Thai Airlines, dan lainnya, juga menunjukkan peningkatan seiring dengan kenaikan harga minyak dunia.