JT - Lembaga Sensor Film (LSF) berupaya untuk membangkitkan film budaya lokal berbahasa daerah, yang diyakini memiliki pangsa pasar dengan jumlah penonton yang cukup tinggi.
Wakil Ketua LSF, Noorca M. Massardi, menyatakan, "Kami terus mengimbau dan mendorong komunitas perfilman daerah untuk membuat film di daerahnya," saat ditemui di Pangkalpinang, Kamis.
Baca juga : Penyebab Mengapa Perempuan Lebih Rentan Terserang Migrain
Ia menjelaskan bahwa komunitas film daerah memiliki peluang besar untuk mengangkat tema-tema kearifan lokal, musik, komedi, dan horor, karena pangsa pasar film lokal ini cukup signifikan.
"Kita bisa mengambil contoh dari Provinsi Kepulauan Babel yang jumlah penduduknya mencapai 1,5 juta jiwa. Bayangkan jika ada satu film produksi dari daerah ini yang ditonton oleh 150 ribu warga, atau 10 persen dari jumlah penduduk. Tentu saja, ini akan menghasilkan keuntungan yang besar bagi komunitas film tersebut," ujarnya.
Noorca mengungkapkan, film dari Makassar, Sulawesi Selatan, berjudul Uwang Panai, telah berhasil menarik 500 ribu penonton dan memperoleh keuntungan sekitar Rp10 miliar.
Baca juga : Bermain Terlalu Lama dengan Gawai Dapat Memicu Tantrum pada Anak
"Jika Babel bisa memproduksi satu film lokal dan seluruh masyarakatnya menontonnya, daerah ini akan menjadi kaya raya dan dapat memproduksi banyak film lainnya," imbuhnya.
Penjabat Gubernur Kepulauan Babel, Sugito, juga mendorong masyarakat untuk menciptakan film yang mengangkat budaya lokal. "Industri perfilman ini tidak hanya meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga dapat menumbuhkan rasa cinta yang besar terhadap pelestarian kebudayaan lokal," katanya.