JAKARTA TERKINI – Blusukan dan temu warga menjadi strategi utama kampanye tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta dalam tahapan pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2024. Berdasarkan informasi yang dihimpun ANTARA, tiga pasangan calon (paslon) tersebut adalah Ridwan Kamil-Suswono (nomor urut 1), Dharma Pongrekun-Kun Wardana (nomor urut 2), dan Pramono Anung-Rano Karno (nomor urut 3). Ketiganya akan terjun langsung ke masyarakat melalui kegiatan blusukan serta temu warga guna menjaring suara pemilih di Pilkada DKI Jakarta.
Ridwan Kamil, calon gubernur nomor urut 1, menyatakan bahwa kampanyenya akan berfokus pada blusukan, sesi tanya jawab, temu wicara, dan pertemuan dengan tokoh masyarakat, serta menyelenggarakan kampanye kreatif untuk menjangkau generasi muda, terutama Gen Z. Ridwan juga menegaskan komitmennya untuk melakukan kampanye dengan mengedepankan adu gagasan serta menolak praktik-praktik negatif seperti hoaks, politik uang, dan kampanye hitam.
Baca juga : Polisi Buka Posko Dokumen Hilang untuk Korban Kebakaran Kalianyar
"Blusukan, tanya jawab, temu wicara, ketemu tokoh, kampanye kreatif untuk menjangkau Gen Z. Tidak hanya sekali, Insya Allah enam kali," ujar Ridwan Kamil dalam keterangannya, Rabu (25/9).
Pasangan calon nomor urut 2, Dharma Pongrekun dan Kun Wardana, memiliki pendekatan yang unik dengan memadukan blusukan langsung dan daring. Menurut Kun Wardana, metode blusukan online memungkinkan mereka menjangkau warga di wilayah yang sulit dikunjungi secara fisik.
"Kami akan gunakan metode blusukan online. Jadi warga yang agak sulit untuk dikunjungi secara langsung bisa diakomodasi secara daring melalui platform seperti Zoom, Telegram, dan lainnya, sehingga kami bisa dijangkau kapan pun dan di mana pun," jelas Kun Wardana.
Baca juga : Berikut Lima Lokasi Layanan SIM Keliling di Jakarta pada Hari Senin
Selain itu, Dharma Pongrekun menjelaskan bahwa lokasi kampanye perdana mereka di Lapangan Banteng dipilih karena memiliki filosofi yang mendalam terkait pembebasan. Ia berharap kampanye ini dapat membebaskan warga Jakarta dan memberikan rasa aman, dengan landasan membangun adab yang baik di antara masyarakat.
"Kami memilih Lapangan Banteng bukan untuk mengumpulkan massa, tetapi untuk mengambil makna filosofi dari patung Pembebasan Irian Jaya. Ini adalah simbol bagi kami untuk membebaskan rakyat Jakarta dan memberikan rasa aman, dimulai dengan fondasi membangun adab," ungkap Dharma.