JT – Studi Action Against Stunting Hub (AASH) yang dilakukan di Lombok Timur menemukan bahwa 33,4 persen bayi diberikan makanan selain Air Susu Ibu (ASI) pada tiga hari pertama setelah kelahiran. Penelitian ini merupakan bagian dari inisiatif SEAMEO Regional Centre for Food and Nutrition (RECFON) dan United Kingdom Research and Innovation-Global Challenges Research Fund (UKRI-GCRF) yang berlangsung dari 2019 hingga 2024.
“Temuan kami menunjukkan bahwa meskipun 96,6 persen bayi baru lahir disusui dan 91,6 persen diberikan ASI kolostrum, masih ada sekitar satu dari tiga bayi yang menerima makanan selain ASI pada tiga hari pertama,” kata Dr. Umi Fahmida, Peneliti SEAMEO RECFON sekaligus Country Lead studi AASH Indonesia, saat diseminasi temuan awal di Lombok Timur, Jumat (13/9/2024).
Baca juga : Biskita Trans Depok: Jadwal Operasional dari Pagi hingga Malam
Menurut Umi, meskipun inisiasi menyusui dini sudah cukup baik, masih terdapat praktik pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang dini, yang disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk keyakinan bahwa ASI belum sepenuhnya keluar dan kepercayaan lokal.
Studi AASH, yang mencakup Kecamatan Aikmel, Lenek, Sakra, dan Sikur di Lombok Timur, melibatkan 702 ibu hamil sejak Februari 2021 dan mencakup pengamatan hingga anak berusia 24 bulan. Studi ini menggunakan pendekatan menyeluruh, termasuk analisis terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, kesehatan saluran cerna, sanitasi, serta tingkat stres pada ibu hamil.
“Studi ini spesial karena tidak hanya melihat ibu dan anak, tetapi juga melibatkan bapak, serta aspek epigenetik,” jelas Umi.
Baca juga : 98,74 Persen Penduduk 15 Tahun ke Atas di Kota Tangerang Melek Huruf
Hasil temuan menunjukkan bahwa 99,7 persen ibu hamil melakukan pemeriksaan pada trimester ketiga dan 87,8 persen pernah mengonsumsi tablet tambah darah. Namun, 31,5 persen ibu tidak mencuci tangan pada waktu kritis, dan 6,3 persen ibu hamil mengalami infeksi cacing.
Temuan lain dari penelitian selama pandemi COVID-19 menunjukkan bahwa 86,3 persen ibu hamil mengalami tingkat stres sedang hingga tinggi, 26,5 persen mengalami depresi, dan 24,4 persen mengalami gangguan mental.