DECEMBER 9, 2022
BISNIS

Empat Bulan Berturut-Turut Deflasi, Daya Beli Masyarakat Melemah

post-img
Ekonom sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda usai menghadiri diskusi media di Kantor Amar Bank Jakarta, Rabu (6/3/2024).

Jakarta, 03/9 (ANTARA) - Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menilai bahwa deflasi yang terjadi selama empat kali berturut-turut sepanjang 2024 menunjukkan adanya pelemahan daya beli masyarakat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa tingkat deflasi bulan Agustus 2024 sebesar 0,03 persen secara bulanan (month-to-month/mtm). Secara tahunan (year-on-year/yoy), tercatat inflasi sebesar 2,12 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 106,06.

Baca juga : Menperin Prioritaskan Lapangan Kerja dalam Investasi Apple di Indonesia

"Walaupun deflasinya membaik dari 0,08 persen di Juli 2024 menjadi 0,03 persen di Agustus 2024 secara month-to-month, kita masih melihat adanya pelemahan daya beli, terutama pada sektor makanan, minuman, dan tembakau," kata Nailul di Jakarta, Selasa.

Nailul menjelaskan bahwa sektor-sektor tersebut mengalami penurunan permintaan, yang mencerminkan pelemahan daya beli masyarakat terhadap produk kebutuhan pokok.

Ia juga menyoroti bahwa deflasi yang terjadi sepanjang 2024 lebih disebabkan oleh melemahnya sisi permintaan, sementara suplai tetap terbatas. "Penggunaan kapasitas di industri saat ini hanya mencapai 73,7 persen," tambahnya.

Baca juga : Bappenas dan Pertamina Menggalang Kerja Sama Perkuat Ketahanan Energi Nasional

Pelemahan daya beli ini, menurut Nailul, berdampak pada indeks manajer pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) manufaktur dan kapasitas produksi. PMI manufaktur pada Agustus 2024 tercatat mengalami kontraksi menjadi 48,9 poin, turun 0,4 poin dibandingkan bulan sebelumnya.

Lebih jauh, Nailul membandingkan situasi ini dengan krisis ekonomi global pada 2008-2009 dan dampak pandemi COVID-19 pada 2020-2021, di mana deflasi juga terjadi karena faktor eksternal. Namun, ia menekankan bahwa deflasi tahun ini berbeda karakteristiknya. "Saat pandemi, ada kondisi luar biasa yang membatasi mobilitas, termasuk ke pabrik. Sekarang, deflasi lebih dipengaruhi oleh kebijakan yang menekan daya beli, seperti kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang direncanakan naik menjadi 12 persen," jelasnya.


Tentang Kami

Jakartaterkini.id merupakan transformasi dari Media sosial Instagram Jakarta terkini, yang lahir sejak tahun 2017 silam. Melalui media online kami ingin lebih berkomitmen dalam menghadirkan beragam informasi yang lebih luas, komprehensif dan faktual.

Kami berfokus menjadi media lokal Jakarta yang terkini, sesuai dengan tag line kami, Informasi terkini di Jakarta. Dibawah naungan JTN Media kami terus beradaptasi dalam segala aspek sesuai dengan perkembangan sosial terkini. Selain itu kami juga terus melakukan inovasi terhadap perkembangan teknologi agar dapat memenuhi keinginan khalayak dalam mengakses informasi.

Kami adalah media yang Independent dengan mengedepankan kaidah jurnalistik, disajikan secara berimbang tanpa intervensi.

Bicara Jakarta..?! Jakarta terkini, Informasi terkini di Jakarta, Powered by JTN Media. 

 
Cart