Jakarta, 16/9 (JT) - Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengamati penurunan penjualan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang disebabkan oleh perubahan cara berbelanja konsumen.
Heru menjelaskan, "Salah satu faktor utama adalah perubahan perilaku konsumen dalam berbelanja. Kini, banyak yang beralih ke pembelian daring secara 'online', dan kita harus memahami tren ini."
Baca juga : Pemkot Jaksel Temukan MinyaKita Dijual di Atas HET di Pasar Kebayoran Lama
Heru mencatat bahwa konsumen saat ini lebih memilih berbelanja secara daring daripada datang ke pasar tradisional. Ia juga mengingatkan bahwa fenomena ini tidak terbatas hanya pada Indonesia, melainkan juga terjadi di luar negeri, di mana konsumen di banyak negara juga beralih ke belanja online.
Terkait hal ini, Heru menekankan pentingnya memberikan pelatihan digitalisasi kepada pedagang Pasar Tanah Abang agar mereka dapat meningkatkan penjualan mereka di era digital.
Di sisi lain, para pedagang di Tanah Abang menghadapi persaingan harga melalui platform "live shopping" di media sosial, yang telah mengurangi penjualan mereka secara signifikan. Beberapa pedagang mencoba berjualan melalui "live shopping" seperti yang dilakukan oleh selebgram, tetapi upaya ini juga belum memberikan hasil yang signifikan. Dampaknya adalah biaya operasional para pedagang menjadi lebih tinggi daripada pemasukan mereka, yang juga memengaruhi pihak lain, seperti pegawai, porter, dan pedagang makanan di sekitar Tanah Abang yang juga mengalami penurunan pelanggan.
Baca juga : Psikolog berikan kiat mempersiapkan anak kembali ke sekolah usai libur
Dalam menghadapi perubahan tren berbelanja, tantangan digitalisasi, dan persaingan harga, pemerintah daerah dan pedagang perlu bekerja sama untuk menemukan solusi yang sesuai agar pasar tradisional seperti Tanah Abang tetap relevan dan berkelanjutan.