JT - Karyawan dapat memperbaiki lingkungan kerjanya menjadi lebih positif sambil pikiran tetap sehat dan tenang dengan menerapkan lima kiat mengelola kemarahan menurut Forbes.
Dilansir di Jakarta, Senin, berdasarkan studi terkait bahwa kemarahan di tempat kerja adalah emosi negatif yang dapat memengaruhi fokus manajer, bawahan, dan rekan kerja, serta berpotensi mengganggu produktivitas.
Hasil studi Sekolah Wharton oleh Maurice Schweitzer dan Jeremy Yip, mengungkapkan kemarahan menyebabkan individu lebih egosentris dan fokus pada kepentingan mereka sendiri, mengganggu pemikiran yang cermat dan mengurangi pengambilan perspektif.
Pengambilan perspektif yang terganggu dapat menyebabkan spiral konflik, di mana kemarahan membuat lebih sulit untuk menyelesaikan konflik, justru malah dapat mengeskalasi konflik.
Untuk mengelola kemarahan, maka penting untuk: pertama, memahami pemicu kemarahan; kedua, mengembangkan strategi penanggulangan; ketiga, mengubah pola pikir; keempat, berlatih pemecahan masalah; kelima, berinvestasi untuk perawatan diri (self-care).
Baca juga : Cegah Tubuh Statis, Pemudik Disarankan Istirahat 15-20 Menit
Memahami pemicu kemarahan, seperti dengan menuliskan keadaan yang menyebabkan Anda merasakan emosi yang kuat. Membuat jurnal juga membantu Anda menunjukkan gejala kemarahan fisik, seperti otot tegang atau detak jantung cepat. Seiring waktu, Anda akan mulai melihat pola dan mengantisipasi situasi yang mungkin memicu kemarahan. Menulis tentang pengalaman Anda juga akan membantu memproses emosi lebih produktif.
Mengembangkan mekanisme penanggulangan, seperti dengan latihan teknik pernapasan melibatkan langkah dasar, bernapas dan menghembuskan napas, yang masing-masing diselingi menahan napas selama empat detik agar pikiran santai, bersih dari stres.