JAKARTATERKINI.ID - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menerbitkan Rapid Communication atau informasi cepat mengenai obat pencegah Tuberkulosis (TBC) sebagai upaya untuk mengurangi laju kasus TBC secara global.
Hal tersebut disampaikan oleh mantan Direktur Penyakit Menular WHO untuk Asia Tenggara, Profesor Tjandra Yoga Aditama, melalui pesan singkat di Jakarta pada hari Minggu.
Baca juga : Rusia Laporkan Lebih dari 120 Orang Terluka Akibat Serangan Rudal Ukraina
"Ini merupakan aspek yang menarik, karena biasanya kita hanya berbicara tentang pengobatan bagi mereka yang sudah sakit, namun perlu diingat bahwa ada juga obat untuk mencegah penyakit Tuberkulosis," katanya.
Tjandra, yang juga Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), menjelaskan bahwa publikasi yang diterbitkan pada tanggal 14 Februari 2024 mencakup lima hal terkait obat pencegah TBC.
Pertama, sekitar seperempat populasi dunia telah terinfeksi oleh bakteri TBC, meskipun tidak semua dari mereka akan mengalami gejala penyakit, baik karena bakteri TBC tersebut bersifat dorman atau karena sistem kekebalan tubuh yang kuat.
Baca juga : Ancaman Bom Palsu Mengguncang Pemilu AS, 17 Target di Georgia
"Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa sekitar 5-10 persen dari individu yang terinfeksi TBC akhirnya akan jatuh sakit, dan penyakit tersebut biasanya muncul dalam waktu dua hingga lima tahun setelah infeksi awal," tambahnya.
Kedua, menurut Tjandra, WHO dengan jelas menyatakan bahwa bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan obat pencegah TBC (TB preventive treatment/TPT) pada individu yang berisiko tinggi dapat secara signifikan mengurangi risiko terkena TBC.