JAKARTATERKINI.ID - Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, telah mengumumkan bahwa makanan tradisional thiwul dari wilayah tersebut telah resmi tercatat sebagai kekayaan intelektual komunal melalui surat pencatatan inventarisasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan HAM RI.

Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Gunungkidul, Chairul Agus Mantara, menyampaikan bahwa surat tersebut merupakan langkah penting untuk melindungi kekayaan intelektual komunal (KIK) dari klaim oleh pihak lain atau negara.

"Setelah terbitnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atas makanan thiwul, Disbud tidak akan berhenti pada tahap penerimaan dan seremonial semata. Bersama Organisasi Perangkat Daerah (OPD) teknis terkait, Disbud akan mengembangkan thiwul dalam berbagai varian," ujar Agus Mantara.

Ia menjelaskan bahwa thiwul memiliki sejarah panjang sebagai makanan pokok sebelum nasi populer di wilayah ini. Thiwul, yang terbuat dari ketela, diolah dengan proses pengeringan dan penumbukan menjadi tepung. Setelah direndam dan dikukus, thiwul siap disantap, menjadi makanan tinggi serat dengan kandungan gula rendah.

“Thiwul menjadi salah satu produk unggulan Gunungkidul yang akan kami kembangkan dengan berbagai variasi seperti thiwul manis, goreng, instan, dan lainnya. Kami juga mengajak kerja sama dengan dinas terkait,” katanya.

Proses pengajuan HKI thiwul sebagai bagian dari warisan budaya tak benda (WBTB) telah dimulai sejak akhir 2023. Dengan demikian, hanya dalam waktu sekitar satu bulan penetapan tersebut dapat diperoleh.

“Secara komulatif, pengajuan HKI thiwul berasal dari DIY. Kabupaten lain juga mengajukan. Payungnya ada pada Dinas Kebudayaan DIY,” tambahnya.