JAKARTATERKINI.ID - Bagi banyak orang, kehidupan di perkotaan seperti Jakarta sering kali terkait dengan gambaran hari-hari yang dipenuhi oleh hiruk-pikuk pekerjaan dan kemacetan. Jalanan dipadati oleh kendaraan yang berlomba-lomba untuk mencapai tujuan secepat mungkin.
Dalam salah satu esainya yang terkenal, "Menjadi Tua di Jakarta," ilmuwan sastra Indonesia, Seno Gumira Ajidarma, menggambarkan proses penuaan di Jakarta sebagai sesuatu yang mengerikan. "Alangkah mengerikannya menjadi tua dengan kenangan masa muda yang hanya berisi kemacetan jalan, ketakutan datang terlambat ke kantor, tugas-tugas rutin yang tidak menggugah semangat, dan kehidupan seperti mesin yang hanya akan berakhir dengan pensiun tidak seberapa."
Baca juga : Pemprov DKI Jakarta Siap Gelar 23 Pagelaran Wayang di Museum Wayang pada 2025
Dengan hiruk-pikuk yang melekat pada warga Kota Jakarta, ruang publik, khususnya ruang terbuka hijau, memiliki nilai penting sebagai tempat untuk sejenak melarikan diri dari kegemparan kota.
Menurut pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, ruang publik, terutama ruang terbuka hijau, berperan sebagai "paru-paru kota" dan juga sebagai surga bagi kehidupan warga kota. Ruang ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas yang membantu melepas lelah dan penat akibat kesibukan pekerjaan dan rutinitas harian. Warga dapat melakukan aktivitas seperti berolahraga atau berinteraksi dengan sesama warga, memberikan manfaat kesehatan secara fisik dan mental.
Ruang publik, terutama dalam bentuk ruang terbuka hijau, juga dapat menjadi tempat di mana remaja dapat melampiaskan energi positif mereka, membantu mencegah terjadinya konflik. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menciptakan sejumlah ruang publik sebagai upaya untuk memberikan warga kesempatan melepas penat akibat kesibukan sehari-hari.
Baca juga : Kebakaran Menghanguskan Tiga Bangunan di Jakarta Barat
Kepala Bidang Pengendalian Ruang, Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan (CKTRP) Provinsi DKI Jakarta, Bayu Aji, mengungkapkan harapannya bahwa ruang publik dapat menjadi tempat yang menyenangkan di tengah-tengah kehidupan yang serba sibuk dan tidak menyenangkan. Ruang publik diharapkan menjadi tempat pelepasan stres dan ekspresi, sesuatu yang tidak dapat diakses di rumah atau kantor.
Bayu menjelaskan bahwa untuk membangun ruang publik yang layak, terdapat beberapa unsur yang harus dipenuhi, salah satunya adalah unsur aksesibilitas. Semakin mudah warga dapat mengakses ruang publik, semakin layak tempat tersebut untuk dijadikan ruang publik. Ruang publik yang baik seharusnya terletak dekat dengan daerah perkantoran dan transportasi umum.