JAKARTATERKINI.ID - Kelompok Staf Medis (KSM) Psikiatri RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Prof. Dr. dr. Tjhin Wiguna, SpKJ(K) menjelaskan bahwa anak yang mengalami Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dan telah menjalani pengobatan sebaiknya mendapatkan terapi perilaku. Tujuannya adalah agar anak ADHD dapat mengontrol perilakunya lebih efektif, menyerupai anak-anak pada umumnya, dan menghindari risiko perundungan.
Dalam diskusi daring di Jakarta pada hari Senin, Tjhin menyatakan, "Meskipun telah diobati, mereka lebih baik tetap harus diberi terapi perilaku, agar anak ADHD yang sudah mampu mengontrol perilakunya bisa lebih berperilaku seperti pada anak umumnya."
Baca juga : Samsung Galaxy A06 Meluncur di Indonesia Harga Mulai Rp1,5 Jutaan
ADHD merupakan gangguan perhatian dan hiperaktivitas yang dapat membuat anak sulit berkonsentrasi pada satu tugas atau melupakan apa yang harus dilakukan. Anak dengan ADHD sering bersikap hiperaktif impulsif, seperti sulit untuk duduk diam, sering berjalan-jalan di kelas, atau bersikap bawel.
Anak-anak dengan ADHD memiliki potensi menjadi korban atau pelaku perundungan karena sifat hiperaktif dan kurang terkontrolnya perilaku mereka. Mereka sering menjadi target perundungan karena dianggap berbeda dan lebih lemah oleh teman sebayanya.
Setelah anak menjalani terapi, Tjhin menyarankan orang tua untuk berkomunikasi dengan pihak sekolah atau guru, memberi tahu bahwa anak telah menjalani terapi dan sekarang mampu berperilaku seperti teman sebaya. Terapis juga memberikan dukungan untuk meningkatkan kepercayaan diri anak, membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan.
Baca juga : Menko Luhut: E-Katalog Jadi Pendorong Utama Pertumbuhan UMKM di Pemerintahan Baru
Dengan meningkatnya kepercayaan diri dan kemampuan beradaptasi, anak dapat lebih percaya diri saat menghadapi perlakuan yang tidak sesuai. Jika lingkungan masih menunjukkan ketidakpahaman, Tjhin menyarankan orang tua untuk berhubungan dengan sekolah atau pelaku perundungan. Tujuannya adalah agar guru dapat membimbing anak tersebut dan membantu anak-anak lain menerima anak dengan ADHD yang telah menjalani terapi tanpa prasangka.
"Orang tua bisa menghubungi sekolah atau pembullynya agar gurunya bisa membina anak-anak tertentu yang mungkin masih menganggap anak-anak ini (ADHD) masih anak seperti sebelumnya. Jadi kita yang membantu mengedukasi guru agar dia bisa menjadi perpanjangan tangan untuk bisa membantu anak-anak lain bisa menerima anak ini apa adanya," tambahnya.