JT - Kenaikan harga mobil baru yang tidak sepadan dengan peningkatan daya beli dinilai telah memicu perubahan preferensi konsumen, mendorong konsumen kelas menengah ke bawah mengambil pilihan rasional dengan membeli mobil bekas yang harganya lebih terjangkau.
"Kenaikan harga ini tidak lagi sepadan dengan daya beli yang stagnan, bahkan menurun karena tekanan ekonomi, PHK, dan inflasi kebutuhan pokok yang sedang marak," kata pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung Yannes Martinus Pasaribu kepada ANTARA pada Jumat.
Baca juga : Truk Listrik Fuso eCanter Klaim Hemat Biaya hingga 28 Persen
Ia menyampaikan bahwa harga mobil baru, termasuk Low Cost Green Car (LCGC) yang semula paling terjangkau, tahun ini meningkat.
Sebagai gambaran, harga per unit mobil Toyota Calya tipe 1.2 E MT STD naik dari Rp167 juta menjadi Rp169,9 juta, Toyota Agya naik dari Rp170 juta menjadi 173,2 juta, Daihatsu Ayla tipe 1.0 M M/T naik dari Rp136 juta menjadi Rp138,5 juta, dan Daihatsu Sigra tipe 1.0 D MT naik dari Rp136 juta menjadi Rp139,2 juta.
Kenaikan harga mobil baru dipengaruhi oleh faktor seperti biaya produksi, pengenaan pajak, nilai tukar mata uang, dan bunga kredit.
Baca juga : Hyundai Luncurkan SUV Elektrik Creta di India
Karena harga mobil baru meningkat, sebagian konsumen lebih memilih untuk membeli mobil bekas.
Perusahaan lelang PT JBA Indonesia mencatat penjualan mobil bekas di platformnya pada kuartal pertama tahun 2025 meningkat 13 persen dibandingkan dengan kurun yang sama tahun sebelumnya.