JAKARTATERKINI.ID - Menangis merupakan isyarat dari bayi yang dapat memiliki berbagai arti, termasuk saat mereka membutuhkan ASI dan merasa tidak nyaman, kata para pakar kesehatan dalam sebuah diskusi di Jakarta.
Namun, ada mitos yang berkembang, terutama di kalangan ibu baru yang sedang menyusui, yang mengartikan tangisan bayi sebagai tanda bahwa ASI yang diberikan tidak cukup. Para ahli kesehatan mengingatkan bahwa asumsi ini tidak selalu benar.
Baca juga : Varises Dapat Dicegah Secara Efektif dengan Olahraga
Ketua Kelompok Kerja Penurunan Angka Kematian Ibu dan Stunting Perkumpulan Obstetri Dan Ginekologi Indonesia (POGI), Prof Dr dr Dwiana Ocviyanti, SpOG, Subsp. Obginsos(K), MPH, menekankan bahwa nilai ASI yang cukup atau tidak tidak selalu terkait dengan tangisan bayi atau gejala lainnya.
Menurutnya, jika bayi masih buang air kecil dan besar secara teratur, maka kemungkinan besar produksi ASI ibu sudah memadai. Namun, jika bayi tidak berkemih selama enam atau 12 jam, disarankan untuk membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan dari tenaga kesehatan.
Bayi yang menangis juga bisa disebabkan oleh kolik, yang merupakan kondisi normal pada bayi hingga usia lima bulan. Prof dr Badriul Hegar Sjarif, SpA(K), PhD, Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa kolik disebabkan oleh imaturitas pada saluran pencernaan bayi.
Baca juga : Sedot Lemak Bukan Solusi Instan Turunkan Berat Badan
Dalam menghadapi bayi yang mengalami kolik, para ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI dan tidak terburu-buru mengganti jenis makanan atau susu. Menurut dr Naomi Esthernita Fauzia Dewanto, SpA(K), Ketua Satuan Tugas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia, bayi yang diberi ASI sebenarnya lebih sering menangis, tetapi ini bukan karena ASI kurang, melainkan karena lambung bayi lebih cepat kosong setelah mengonsumsi ASI yang mudah dicerna.
Mengenai produksi ASI, dr Piprim Basarah yanuarso, SpA(K), Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, menjelaskan bahwa produksi ASI ibu belum banyak pada hari-hari pertama setelah kelahiran bayi. Namun, stimulasi dengan tetap menyusui bayi dapat meningkatkan produksi ASI, dan meskipun jumlahnya mungkin masih sedikit, itu tetap bermanfaat.