JT - PT Kilang Pertamina International (KPI) menargetkan bisa memproduksi bioavtur dengan menggunakan bahan baku berupa used cooing oil atau minyak jelantah di Kilang Cilacap, Jateng sebagai terobosan terbaru dalam upaya memproduksi variasi bahan bakar ramah lingkungan di Indonesia.
Taufik Aditiyawarman, Direktur Utama KPI, menjelaskan tes produksi sebenarnya sudah dimulai sejak Maret tahun ini dan akan mulai diintensifkan hingga bulan April nanti dengan rencana produksi dalam tahap awal ini sebesar 9 ribu barel per hari (bph) bioavtur.
Baca juga : Sukabumi berharap perekonomiannya terdongkrak KTT ASEAN 2023
“April ini berhasil pakai minyak jelantah itu di Cilacap, karena kan katalisis sudah diganti. Itu kan bisa co-processing 9.000 barel per hari itu,” kata Taufik.
Nantinya Pertamina bisa memasarkan produk bioavtur terbaru ini ke berbagai maskapai terutama yang melewati rute negara tetangga yang memiliki aturan ketat terkait penggunaan bahan bakar pesawat.
“Paling nggak kan untuk penerbangan internasional, seperti Singapura, Malaysia, kan sudah menerapkan 1 persen. Artinya, pesawat yang sudah landing di sini, mau berangkat lagi ke international flight, sudah bisa ngisi di sini. Tapi kita tunggu hasil plant test-nya bulan April, rencananya,” jelas Taufik.
Baca juga : Pasar Valuta Asing Stabil Meskipun Eskalasi Perselisihan AS-China dan Isu Inflasi
KPI bakal mencampur avtur dan minyak jelantah dengan persentase sebesar 3 persen. Jadi ketika untuk bisa memproduksi 9 ribu bph avtur dibutuhkan sekitar 270 bph minyak jelantah. Sementara dari sisi konsumen, Pelita Air akan jadi maskapai pertama yang akan gunakan bahan bakar pesawat ramah lingkungan ini.
Taufik mengungkapkan bahwa pihaknya telah menjajaki kerja sama dengan kolektor minyak jelantah. Menurut dia, potensi penggunaan minyak jelantah cukup besar karena selama ini justru lebih banyak diekspor sementara harganya juga tinggi.