JT – Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menginstruksikan penggunaan anjing pelacak di sejumlah wilayah strategis untuk mencegah penyelundupan satwa, termasuk di pelabuhan Sorong dan Halmahera yang menjadi pintu masuk penting di Papua.
"Di Sorong dan Halmahera, saya minta ada anjing pelacak untuk menggagalkan penyelundupan satwa. Satwa adalah aset bangsa yang harus kita selamatkan," tegasnya dalam pernyataan resmi yang diterima, Senin.
Baca juga : Panji Gumilang Divonis Satu Tahun Penjara atas Kasus Penodaan Agama
Pernyataan ini disampaikan setelah kunjungan kerja Menhut ke Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki di Bitung, Sulawesi Utara. Pusat tersebut telah berhasil menyelamatkan ratusan satwa selama lima tahun terakhir, termasuk 11 burung, 44 mamalia, dan 4 reptil yang diselundupkan melalui berbagai cara, baik dari pelabuhan maupun rumah warga.
Anjing pelacak yang digunakan, seperti jenis German Shepherd, dinilai efektif untuk mendeteksi upaya penyelundupan satwa liar. Tasikoki juga mencatat penurunan perdagangan daging satwa liar, seperti babi hutan, kelelawar, biawak, dan ular piton, berkat patroli rutin setiap akhir tahun di Sulawesi.
CEO Yayasan Masarang dan Program Manager Tasikoki, Billy Gustafianto, menjelaskan bahwa penyelundupan satwa sering dilakukan dengan berbagai cara, termasuk menyiram burung dengan air gula agar tidak bersuara. Hingga kini, Tasikoki telah berhasil merehabilitasi dan mengembalikan 148 burung, termasuk kakatua koki, ke habitat aslinya di Papua Barat.
Baca juga : Polda Sumut bentuk tim selidiki kematian pengunjung di bandara
"Namun, tidak semua satwa bisa dilepasliarkan, terutama yang memiliki perilaku menyimpang atau tidak mampu terbang lagi," jelas Billy.
Menhut Raja Juli Antoni menegaskan pentingnya pengawasan lebih ketat untuk melindungi satwa liar, yang merupakan kekayaan alam sekaligus aset bangsa. * * *