JT - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengusulkan merger atau penggabungan antara perusahaan-perusahaan pelat merah, termasuk PT Perkebunan Nusantara (PTPN) dan Perum Perhutani. Usulan ini merupakan salah satu strategi untuk mendukung program swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah.
"Kita sedang usulkan PTPN merger dengan Perhutani sehingga kita punya luas lahan 2,2 juta hektare. Dengan ini, kita bisa memetakan kembali mana yang mendukung swasembada pangan," ungkap Erick dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR RI di Jakarta, pada Senin.
Baca juga : Polda Sumut Gelar Rekonstruksi Kasus Pembakaran Rumah Wartawan dengan 57 Adegan
Kementerian BUMN saat ini sedang memetakan ulang perusahaan yang bergerak di bidang pangan. Penggabungan kedua korporasi dinilai dapat memperluas jumlah lahan yang dimiliki, mengingat kebutuhan lahan untuk swasembada gula yang masih kurang. "Kita mau swasembada gula, tetapi lahannya tidak cukup. Ini yang harus kita remapping, apalagi beberapa industri sudah mulai kalah bersaing," jelasnya.
Selain di sektor pangan, Erick juga berencana mengusulkan merger di klaster karya, infrastruktur, serta logistik. Untuk sektor infrastruktur, dia masih menunggu surat persetujuan dari Menteri Pekerjaan Umum terkait merger, karena perusahaan-perusahaan yang akan dimerger memiliki proyek bersama dengan Kementerian Pekerjaan Umum.
"Kita mendorong konsolidasi di infrastruktur. Kita sedang menunggu suratnya. Jika ini terjadi, nanti di infrastruktur ada Adi Karya, Hutama Karya, Perumnas, dan PT PP saja, jadi tidak sebanyak sebelumnya," kata Erick.
Baca juga : BRIN Perkuat Pendidikan Vokasi Teknologi Nuklir di Indonesia
Di sisi logistik, Erick mengungkapkan bahwa akan ada penggabungan antara PT Pelni (Persero) dan PT ASDP Indonesia Ferry. Merger ini bertujuan untuk menciptakan pelabuhan-pelabuhan khusus untuk impor, sekaligus memberikan kekuatan yang lebih besar bagi kemaritiman Indonesia.
"Ini bagaimana kita harus punya keberpihakan, bagaimana pelabuhan-pelabuhan kita, kita tentukan untuk akses impor. Karena impor ini banyak yang dumping, sehingga membunuh UMKM kita," tutup Erick. * * *