JT - Pendiri komunitas Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal mengatakan penting bagi pendidik untuk dapat membentuk manusia yang otonom dan mampu menjadi pengendali kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).
““Dengan menjadi manusia otonom, maka anak-anak kita tidak akan dikendalikan oleh AI, justru menjadi pengendali AI sebagai asisten super jenius, bukan alien yang membahayakan eksistensi manusia di masa depan,” ujar dia dalam keterangan di Jakarta, Sabtu.
Baca juga : Ikano Unpad Luncurkan Buku Sebagai Referensi Hukum Kenotariatan
Dia menjelaskan saat ini kemajuan AI telah pada titik dapat melakukan otomasi analitik yang membuat banyak profesi seperti guru, dosen, saintis, ahli hukum, pegawai bank, hingga dokter terancam hilang. Ke depan, AI akan semakin banyak digunakan untuk meningkatkan produktivitas secara drastis di segala bidang seperti perdagangan, pendidikan, hingga kesehatan.
“Tetapi AI juga punya potensi risiko besar bagi eksistensi kemanusiaan jika kita salah menanamkan sistem nilai ke dalam algoritmanya,” kata dia.
Untuk itu, katanya, perlu mewujudkan pendidikan yang membangun keindonesiaan, yakni, selain kuat dalam berpikir kritis, kreatif, dan etis, juga memiliki pemahaman mendalam tentang identitas, nilai budaya, dan potensi bangsa.
Sikap tersebut, ujar dia, melahirkan sistem nilai estetik pada diri setiap individu untuk tetap menjaga moral etis dan moral sosial bangsa.
Baca juga : Standford University Mulai Bangun Kampusnya di IKN pada Mei 2024
“Itu adalah kunci dalam membentuk individu yang utuh dan mandiri sehingga siap menghadapi dan bertanggung jawab untuk menghadapi tantangan global dan disrupsi digital,” ujar dia.
Rizal menekankan pendidikan perlu menyediakan bekal bagi masyarakat Indonesia untuk merdeka dari keterjajahan digital.