JT - Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa ibu pengganti atau surogasi memiliki risiko komplikasi kehamilan dan pasca-melahirkan yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang hamil secara alami atau melalui fertilisasi in vitro (IVF). Studi ini diterbitkan dalam jurnal Annals of Internal Medicine dan menyelidiki perbandingan risiko antara tiga jenis kehamilan: tanpa bantuan, IVF, dan pengganti gestasional.
Dikutip dari Medical Daily, Rabu (25/9), para peneliti menemukan bahwa ibu pengganti memiliki risiko lebih tinggi mengalami perdarahan parah setelah melahirkan, hipertensi, dan preeklamsia. Mereka juga lebih berisiko melahirkan prematur dibandingkan wanita yang hamil secara alami atau dengan bantuan IVF.
Baca juga : Konsumsi Makanan Antioksidan Baik Untuk Kesehatan Reproduksi Pria
Dr. Maria Velez, penulis utama studi, menyatakan bahwa peningkatan penggunaan pengganti gestasional secara global memicu penelitian ini, mengingat kurangnya informasi tentang dampak modality reproduksi ini terhadap hasil kehamilan, baik bagi ibu pengganti maupun bayi yang dilahirkan.
Penelitian yang dilakukan di Ontario, Kanada, ini menganalisis 863.017 kelahiran antara 2012 dan 2021. Hasil menunjukkan bahwa risiko morbiditas maternal parah adalah 2 persen pada kehamilan tanpa bantuan, 4 persen pada kehamilan dengan IVF, dan meningkat menjadi 8 persen pada kelompok pengganti gestasional.
Kelompok ibu pengganti juga mengalami risiko lebih tinggi terhadap gangguan hipertensi dan perdarahan sesudah melahirkan. Meskipun demikian, bukti mengenai morbiditas neonatal yang parah, termasuk kondisi medis yang menyebabkan rawat inap setelah kelahiran, masih belum sepenuhnya jelas.
Baca juga : Penelitian: Joging 30 Menit Dapat Kurangi Risiko Diabetes Tipe 2
"Tenaga medis yang terlibat dalam perawatan pasangan yang memerlukan ibu pengganti harus memberikan informasi yang jelas mengenai risiko yang dapat dihadapi selama kehamilan dan pasca-melahirkan," kata Dr. Velez.
Ia juga menekankan pentingnya pedoman ketat mengenai kriteria kelayakan untuk mengurangi risiko komplikasi.