JT - Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) melaporkan bahwa 88 kasus penyakit cacar monyet (mpox) telah ditemukan di kalangan pengungsi di Afrika. Dari jumlah tersebut, 68 kasus terjadi di Republik Demokratik Kongo (DRC), yang merupakan negara dengan jumlah kasus tertinggi secara global.
UNHCR juga mencatat adanya kasus cacar monyet di pengungsi dari Republik Kongo dan Rwanda. Penyakit ini merupakan penyakit menular langka yang bisa ditularkan antar manusia dan biasanya dimulai dengan gejala seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, pembesaran kelenjar getah bening, menggigil, dan kelelahan. Ruam seringkali muncul di wajah dan menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Baca juga : UNRWA Catat Lebih dari 142.000 Pengungsi di Gaza Pasca Gencatan Senjata
Untuk menanggulangi wabah ini, UNHCR mendesak komunitas internasional agar mengalokasikan dana sebesar 21,4 juta dolar AS (sekitar Rp329 miliar). Dana tersebut diharapkan dapat digunakan untuk mencegah dan membasmi cacar monyet di kalangan 9,9 juta pengungsi yang tersebar di 35 negara Afrika.
Mpox, meskipun umumnya ringan dan bisa sembuh dalam beberapa pekan, dapat menimbulkan komplikasi pada sebagian orang. Upaya global sangat penting untuk mengatasi wabah ini dan melindungi populasi yang rentan, khususnya di kalangan pengungsi yang seringkali memiliki akses terbatas ke layanan kesehatan. * * *