JAKARTA TERKINI - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkuat mutu dan keamanan obat berbahan alam melalui kolaborasi dengan Jejaring Laboratorium Pengujian Obat Bahan Alam (JLPOBA). Jejaring ini melibatkan unit di bawah naungan BPOM serta empat laboratorium lainnya.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Andi Rizaldi, menjelaskan bahwa kolaborasi ini bertujuan untuk mengoptimalkan potensi pengembangan produk obat berbahan alami yang bahan bakunya berasal dari Indonesia. "Kekayaan alam Indonesia dengan biodiversitas yang sangat tinggi dan ribuan spesies yang berpotensi menjadi bahan obat, memberikan peluang besar untuk pengembangan obat berbahan alam," kata Andi Rizaldi dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Baca juga : Whoosh Layani Lebih dari 10.000 Penumpang Prioritas
Kerja sama ini melibatkan Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kimia, Farmasi, dan Kemasan (BBSPJIKFK) bersama Pusat Pengembangan Pengujian Nasional Obat dan Makanan (PPPOMN) BPOM, serta laboratorium dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada, PT Akurat Spektra Prima, dan PT Vicmalab Indonesia.
Siti Rohmah Siregar, Kepala BBSPJIKFK Kemenperin, menambahkan bahwa jaringan laboratorium ini bertujuan untuk memadukan kemampuan laboratorium pengujian obat berbahan alam di Indonesia, mendukung pengawasan produk yang beredar, serta menjadi wadah pertukaran informasi antar laboratorium. "Dengan bergabung dalam JLPOBA, kami berharap dapat memberikan manfaat bagi perkembangan industri obat berbahan alam di Indonesia sehingga produk yang dihasilkan dapat konsisten memberikan khasiat, keamanan, dan mutu yang baik," ujar Siti.
Kemenperin juga mencatat bahwa saat ini terdapat beberapa komponen perusahaan industri obat bahan alam di Indonesia, termasuk Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA), dan Industri Obat Tradisional (IOT). Komponen-komponen ini telah menghasilkan 17.000 obat bahan alam golongan jamu, 79 jenis obat herbal terstandar, dan 22 jenis fitofarmaka.
Baca juga : Zulhas: Bulog Wajib Serap 2 Juta Ton Beras hingga April 2025