JT – Pembunuhan Ismail Haniyeh, petinggi politik Hamas, oleh Israel berpotensi merusak kepercayaan dan mempersulit upaya perdamaian di Jalur Gaza. Pakar Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, mengungkapkan bahwa serangan ini menjadi preseden buruk bagi rencana gencatan senjata yang tengah diusahakan kedua belah pihak.
Yon Machmudi menjelaskan bahwa kematian Haniyeh dapat menghilangkan kepercayaan Hamas terhadap Israel, terutama karena perundingan untuk mengakhiri konflik hampir menemukan titik temu.
Baca juga : China Kecam Serangan Israel terhadap Warga Palestina yang Menunggu Bantuan
“Serangan ini akan semakin menghilangkan kepercayaan Hamas terhadap Israel dalam upaya gencatan senjata,” ujar Yon dalam pernyataan resminya di Jakarta, Kamis.
Menurut Yon, peperangan antara Israel dan Hamas berpotensi membesar setelah meninggalnya Haniyeh.
“Setelah terbunuhnya Ismail Haniyeh, pihak Hamas kemungkinan besar akan menutup kemungkinan penyerahan tawanan yang ada di wilayah Gaza,” jelasnya.
Baca juga : Aktivitas Pabrik di China Meningkat Pasca Kontraksi Selama Lima Bulan
Namun, Yon juga menegaskan bahwa kematian Haniyeh tidak akan mengurangi semangat perlawanan di kalangan faksi-faksi perlawanan Palestina. Hamas dan faksi-faksi lain tidak bergantung pada kepemimpinan tunggal, dan pemimpin baru dapat segera menggantikan Haniyeh.
“Terlebih, setelah adanya komitmen bersatu di Beijing, semangat perjuangan mereka justru akan semakin kuat untuk melanjutkan perlawanan dan pembalasan terhadap Israel,” tambah Yon.