JT - Dokter spesialis kesehatan jiwa dari RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Dr. dr. Kristiana Siste Kurniasanti, SpKJ(K), menggarisbawahi bahwa remaja adalah kelompok yang rentan mengalami adiksi karena kondisi perkembangan otak yang belum matang.
"Populasi remaja sangat rentan terhadap adiksi karena area otak mereka yang mengatur emosi, penilaian situasi, dan pengambilan keputusan masih dalam proses perkembangan, sehingga perilaku impulsif masih tinggi," kata Kristiana dalam sebuah diskusi daring pada hari Minggu.
Baca juga : Pendapatan Box Office China Selama Liburan Hari Nasional 2024 Melampaui 2 Miliar Yuan
Kristiana, lulusan Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa prefrontal cortex, bagian otak yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan, pengendalian emosi, dan penilaian situasi, mencapai tahap matangnya sekitar usia 21 atau 22 tahun.
Karena itu, pada masa remaja dan bahkan pada anak-anak, proses pengambilan keputusan cenderung impulsif dan kurang mempertimbangkan konsekuensi, dengan lebih mengutamakan reaksi emosional.
"Kemampuan untuk membuat keputusan secara matang belum sepenuhnya berkembang, sehingga perilaku impulsif masih dominan, seperti 'Saya merasa kesal dengan teman, jadi saya akan menggunakan ganja karena itu membuat saya merasa lebih baik' atau 'Saya akan bermain game yang lama karena itu membuat saya merasa lebih baik'," ujar Kristiana.
Baca juga : KlikFilm Hadirkan Dua Film Festival ke Bioskop Indonesia
Selain faktor perkembangan otak, Kristiana juga menyoroti faktor biologis lainnya yang memengaruhi munculnya adiksi, seperti sistem pengeluaran hormon dopamin dan faktor keturunan.
"Adiksi dipengaruhi oleh faktor biologis, seperti genetik dan sistem dopamin dalam tubuh. Misalnya, jika ada riwayat keluarga yang mengalami gangguan adiksi, kemungkinan seseorang akan lebih rentan terhadap adiksi," jelasnya.