JAKARTATERKINI.ID - Badan Perubahan Iklim Uni Eropa Copernicus (C3S) mengumumkan dalam laporan terbarunya pada Selasa bahwa 2023 telah resmi menjadi tahun terpanas dalam sejarah tercatat, melampaui catatan sebelumnya pada 2016.
Dengan suhu rata-rata global mencapai 14,98 derajat Celsius, C3S mencatat bahwa setiap bulan mulai Juni hingga Desember 2023 mengalami suhu lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Juli dan Agustus 2023 bahkan tercatat sebagai dua bulan terhangat yang pernah tercatat.
Baca juga : Presiden Manfaatkan Libur Lebaran Ajak Cucu Naik Andong di Malioboro
Pentingnya, 2023 juga mencatatkan diri sebagai tahun kedua terpanas di Eropa, dengan suhu rata-rata 1,02 derajat Celsius di atas rata-rata periode 1991-2020. Meskipun lebih sejuk dibandingkan dengan 2020, yang merupakan tahun terpanas di Eropa, suhu rata-rata 2023 tetap 0,17 derajat Celsius di atas rata-rata.
Musim dingin di Eropa dari Desember 2022 hingga Februari 2023 juga mencatatkan diri sebagai musim dingin terhangat kedua yang pernah tercatat. Laporan C3S juga menyoroti dampak serius dari kenaikan emisi gas rumah kaca, terutama peningkatan suhu laut yang berdampak merusak pada ekosistem laut dan keanekaragaman hayati, serta memberikan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan pada masyarakat.
Wakil Direktur C3S, Samantha Burgess, menjelaskan, "2023 adalah tahun yang luar biasa dengan rekor iklim yang bertumbangan seperti kartu domino yang beruntun." Burgess juga menyatakan keprihatinannya, menyebutkan bahwa suhu pada tahun tersebut kemungkinan besar melebihi periode apa pun dalam 100.000 tahun terakhir.
Baca juga : 16 RS Akan Dilengkapi Alat Deteksi Kanker, Kemenkes Targetkan Selesai 2027
Selain itu, ia menambahkan bahwa 2023 juga mencatat sejarah dengan menjadi tahun pertama di mana suhu harian melebihi 1 derajat Celsius di atas suhu rata-rata pra revolusi industri pada 1850-1900. Hal ini menunjukkan eskalasi yang mengkhawatirkan dalam perubahan iklim global.