JT - Hasil studi Harbin Medical University dan Cranfield University menunjukkan kaitan paparan polusi udara dalam jangka panjang dengan risiko depresi, kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan munculnya perasaan sedih berkelanjutan dan kehilangan minat terhadap aktivitas yang sebelumnya dinikmati.
Menurut siaran Hindustan Times pada Senin (7/4), penelitian baru yang diterbitkan dalam Environmental Science and Ecotechnology ini menunjukkan hubungan yang kuat antara paparan polusi udara jangka panjang dan risiko depresi yang lebih tinggi.
Baca juga : Alkohol Bisa Memicu Kerusakan Hati, Waspadai Risiko Sirosis
Penelitian ini melacak kondisi orang dewasa berusia di atas 45 tahun di Tiongkok selama tujuh tahun, dengan fokus pada bagaimana enam polutan udara dapat memengaruhi kesehatan mental.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sulfur dioksida (SO₂) merupakan polutan yang paling kuat hubungannya dengan peningkatan risiko depresi.
Karbon monoksida (CO) dan partikel halus (PM2.5) juga berperan dalam meningkatkan kemungkinan timbulnya masalah kesehatan mental.
Baca juga : Bumil Mau Berpuasa? Perhatikan Faktor Risiko Ini
Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa paparan campuran polutan ini dapat secara signifikan meningkatkan risiko depresi.
Para peneliti menjelaskan bahwa polutan udara dapat memengaruhi sistem saraf pusat dengan memicu stres oksidatif dan peradangan.