JT – Jumlah korban tewas akibat gempa dahsyat yang mengguncang Myanmar pekan lalu terus bertambah, mencapai lebih dari 2.800 orang, sementara lebih dari 4.600 lainnya mengalami luka-luka.
Pemerintah militer Myanmar menyampaikan data terbaru ini pada Rabu (3/4), lima hari setelah gempa berkekuatan 7,7 magnitudo mengguncang wilayah tengah negara tersebut. Situasi semakin memperburuk krisis kemanusiaan yang telah melanda Myanmar akibat perang saudara.
Baca juga : Israel Klaim Serangan ke Sekolah Gaza Bertujuan Singkirkan Hamas
Korban dikhawatirkan masih akan bertambah karena ratusan orang dilaporkan terjebak di bawah reruntuhan di Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar yang berdekatan dengan pusat gempa. Upaya penyelamatan terkendala keterbatasan alat berat.
Tiga kelompok bersenjata etnis minoritas yang tergabung dalam Aliansi Tiga Bersaudara—Tentara Arakan, Tentara Aliansi Demokrasi Nasional Myanmar, dan Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang—mengumumkan gencatan senjata sepihak selama satu bulan untuk mendukung upaya bantuan gempa.
Mereka menyatakan tidak akan melancarkan serangan ofensif dan hanya akan bertindak untuk membela diri guna memastikan kelancaran operasi kemanusiaan.
Baca juga : Lima Tewas dan 30 Terluka dalam Kecelakaan Bus Wisata di Surat Thani, Thailand
Sebelumnya, pada Sabtu, pemerintahan paralel yang dibentuk oleh anggota pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi yang digulingkan dalam kudeta Februari 2021 juga mengumumkan gencatan senjata serupa.
Namun, hingga kini, pihak militer Myanmar belum menyatakan akan menghentikan serangannya. Media lokal melaporkan bahwa junta masih melakukan serangan udara di wilayah yang dikuasai pasukan oposisi, yang terdiri dari beberapa kelompok pemberontak etnis minoritas dan Pemerintah Persatuan Nasional.