JAKARTATERKINI.ID - Lebih dari 90.000 orang, atau sekitar empat persen dari penduduk Gaza, dilaporkan tewas, terluka, atau hilang akibat serangan yang terjadi sejak 7 Oktober lalu, menurut lembaga pengawas hak asasi manusia Euro-Med Human Rights Monitor yang berbasis di Jenewa, Swiss.
Lembaga tersebut menyatakan bahwa serangan darat, laut, dan udara yang dilakukan oleh Israel telah menghancurkan sekitar 70 persen infrastruktur sipil di Jalur Gaza.
Baca juga : Korsel Bersiap Hadapi Unjuk Rasa Besar Soal Pemakzulan Presiden Yoon
Euro-Med Human Rights Monitor menuduh Israel membuat Jalur Gaza menjadi tak berpenghuni dan memaksa ratusan ribu warga sipil untuk mengungsi. Mereka juga melaporkan bahwa ratusan jenazah yang tidak dapat dijangkau masih tergeletak di jalan, terutama di lokasi di mana tentara Israel melancarkan serangan darat.
"Serangan Israel merupakan upaya nyata untuk memperluas wilayah mereka hingga mencakup seluruh Jalur Gaza. Kami mengklaim bahwa gempuran Israel mencabut keberadaan sebagian besar penduduk, yang menurut mereka merupakan pelanggaran hukum internasional dan dapat dianggap sebagai kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida," kata Euro-Med Human Rights Monitor.
Euro-Med juga mencatat bahwa Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata dengan melarang masuknya pasokan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Baca juga : Uni Eropa Kutuk Langkah Israel yang Tolak Pembentukan Negara Palestina
Lembaga tersebut menegaskan tuntutan untuk pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan jaksa Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk menyelidiki pelanggaran yang didokumentasikan sejak Israel memulai perang di Gaza.
Serangan terus berlanjut sejak serangan lintas batas yang dilakukan oleh Hamas pada 7 Oktober. Otoritas kesehatan Gaza melaporkan sedikitnya 22.600 warga Palestina tewas dan 57.910 terluka, sementara hampir 1.200 orang Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas.