JT - Dokter Spesialis Gizi Klinik RS Pusat Otak Nasional (RSPON) dr. Rozana Nurfitria Yulia, M. Gizi, Sp.GK mengatakan mengonsumsi gula tinggi atau berlebih berhubungan dengan peningkatan risiko depresi atau gangguan mental lainnya.
"Ternyata sayangnya iya, gula terkait sekali dengan depresi. Kadang jadi orang menyebutkan 'karena saya depresi maka kita suka makan banyak minum manis' ternyata kondisi itu bukan suatu solusi," kata dr. Rozana Nurfitria Yulia, M. Gizi, Sp.GK, dalam webinar yang diikuti di Jakarta pada Kamis.
Baca juga : Lady Gaga dan Bruno Mars Raih Posisi No. 1 di Billboard Hot 100 dengan Die With a Smile
Ia menjelaskan dengan mengonsumsi tinggi gula justru meningkatkan dari hormon kortisol. Hal ini lantaran gula yang tinggi menyebabkan terjadinya inflamasi atau peradangan yang memicu keluarnya hormon stres, lahirlah kortisol.
"Kortisol itu justru bikin jadi tambah gula darahnya malah naik, jadi kaya suatu hal yang tidak timbal balik ketika depresi terusnya minum gula ternyata tambah depresi karena justru si kortisolnya naik justru hormon stresnya meningkat akhirnya jadi tambah depresi," ujar dia.
dr. Rozana menyampaikan terdapat penelitian bahwa pada 1,3 juta orang, di mana penelitian itu menghitung asupan glukosa makanan asupan mereka.
Baca juga : Aktris dan Politikus Marissa Haque Meninggal Dunia, Keluarga Minta Doa
Ternyata setiap orang yang mengonsumsi 100 gram per hari gula, meningkatkan hampir 28 persen kemungkinan dia untuk mengalami depresi.
Lebih lanjut, dr. Rozana menyampaikan masyarakat untuk lebih memperhatikan mengonsumsi asupan gula, terutama dari minuman yang kita tidak tahu kandungan gulanya.