JT - Pakar pertanian dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Prof. Suprayogi, menilai bahwa Hari Pangan Sedunia yang diperingati setiap 16 Oktober dapat menjadi momentum penting untuk mewujudkan swasembada pangan di Indonesia. Dalam penilaian beliau, tema Hari Pangan Sedunia Tahun 2024, yaitu "Hak Atas Pangan untuk Kehidupan dan Masa Depan yang Lebih Baik," sangat relevan dengan kondisi dunia saat ini.
Menurut Suprayogi, situasi dunia saat ini dipengaruhi oleh berbagai konflik, termasuk perang antara Rusia dan Ukraina serta konflik di Timur Tengah, yang berdampak pada ketahanan pangan global.
Baca juga : Komnas HAM Tindaklanjuti Aduan Keluarga Vina Cirebon
"Pemanasan global yang terjadi pada tahun 2023 juga mempengaruhi produksi pangan di banyak negara produsen, termasuk India," ujarnya. Ia menekankan pentingnya ketahanan pangan yang harus dipikirkan oleh setiap negara, termasuk Indonesia.
Mengacu pada perkembangan konstelasi politik internasional, Suprayogi menekankan bahwa kemampuan untuk menyediakan pangan secara mandiri sangat penting untuk ketahanan pangan nasional. Pemerintah Indonesia, menurutnya, sudah menyadari ancaman kerawanan ketahanan pangan dan telah menggalakkan program cetak sawah baru serta food estate untuk mengatasi masalah ini.
“Program-program tersebut menjadi sangat penting, meskipun belum sepenuhnya sukses. Kita tidak bisa mengandalkan pola seperti Singapura yang berbasis jasa, karena Indonesia memerlukan swasembada pangan,” katanya.
Baca juga : TNI Pastikan Pengiriman Pasukan Perdamaian Aman Meski Ada Efisiensi Anggaran
Ia berharap bahwa melalui momentum Hari Pangan Sedunia Tahun 2024, Indonesia dapat kembali fokus pada produksi pangan sendiri, mengingat tantangan impor yang kompleks di tengah ketidakpastian politik global.
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan swasembada pangan adalah alih fungsi lahan pertanian. Suprayogi menegaskan perlunya pencetakan sawah baru tidak hanya untuk mengganti lahan yang hilang, tetapi juga untuk meningkatkan kapasitas produksi. Selain itu, diversifikasi pangan juga sangat penting, mengingat ketergantungan Indonesia pada beras sebagai makanan pokok.