JT - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, meresmikan pabrik baterai kendaraan listrik (EV) ramah lingkungan pertama di Indonesia yang berlokasi di Kawasan Neo Energy Morowali Industrial Estate (NEMIE), Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Dalam peresmian tersebut, Airlangga menyoroti keberhasilan hilirisasi nikel yang telah meningkatkan nilai ekspor produk turunan nikel secara signifikan, dari USD 4,31 miliar pada 2017 menjadi USD 34,44 miliar pada 2023. Investasi di sektor hilirisasi nikel mencapai USD 30 miliar hingga pertengahan 2024, terutama untuk pembangunan smelter dan pabrik baterai EV.
Baca juga : Sambut Arus Mudik 2025, Google Maps Tawarkan Informasi KRL Secara Real-Time
Airlangga menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama global dalam produksi baterai EV, dengan kapasitas produksi baterai EV yang diproyeksikan mencapai 210 GWh per tahun. Indonesia juga tengah menjalin kerja sama dengan Amerika Serikat, Uni Eropa, Kanada, dan Australia terkait critical minerals.
Proyek ini mencakup pembangunan smelter High-Pressure Acid Leaching (HPAL) pertama di Indonesia, yang sepenuhnya menggunakan energi terbarukan seperti tenaga air dan surya. Smelter tersebut akan mengolah bijih nikel menjadi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), yang digunakan sebagai bahan utama katoda baterai EV, dengan kapasitas 120 ribu MT MHP per tahun.
Pabrik HPAL ini diharapkan dapat mendukung transisi Indonesia menuju energi bersih, dengan seluruh kawasan industri NEMIE menggunakan energi terbarukan. Kawasan ini telah memperoleh Izin Usaha Kawasan Industri (IUKI) pada Agustus 2024, memberikan kepastian bagi investor.
Baca juga : Menkominfo Minta NAP Putus Akses Internet untuk Judi Online
Airlangga juga memberikan apresiasi atas upaya kawasan industri tersebut dalam mendukung target emisi nol dan transisi energi, serta menyerahkan sertifikat tanah secara simbolis kepada warga setempat sebagai bagian dari pembangunan kawasan. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Morowali mencapai 20,34 persen pada 2023, dengan industri pengolahan memberikan kontribusi 72,72 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). * * *