JT - Direktur Utama Padigital sekaligus Ketua Dewan Pakar Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi Dan Beras Indonesia (Perpadi) Pamrihadi Wiraryo menilai terjadinya anomali harga gabah disebabkan panen raya di sejumlah daerah berlimpah.
"Penurunan harga gabah di sejumlah daerah utamanya di Sulawesi Selatan mengindikasikan bahwa produksi padi dalam kondisi berlimpah," kata Pamrihadi dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Baca juga : Bulog Sebut Ada Tambahan 300 Ribu Ton Beras dari Thailand dan Pakistan
Menurutnya, penurunan harga mengindikasikan bahwa produksi dalam negeri dalam kondisi berlimpah.
Bahkan, bagi dia, kondisi itu menjadi luar biasa, pasalnya pada Agustus dan September yang biasanya selalu terjadi penurunan produksi dan menyebabkan pasokan ke pasar terganggu hingga harga beras di pasaran melambung tinggi
Mengenai hal ini, Pamrihadi mengapresiasi upaya para petani yang terus berproduksi di tengah kekeringan panjang akibat gelombang panas ganas. Di sisi lain, dia juga mengapresiasi bantuan pompanisasi yang digencarkan Kementerian Pertanian secara merata di seluruh Indonesia.
Baca juga : GoTo Meluncurkan Produk "Hardware" Perangkat Kasir Digital MOKA Prime
"Saya kira ini patut diapresiasi, tidak hanya petani yang bekerja keras untuk berproduksi, namun juga pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian yang secara masif mendistribusikan bantuan seperti pompa dan pendampingan kepada petani untuk menggenjot produksi di tengah terpaan El Nino," katanya.
Penurunan harga tahun ini merupakan anomali karena di saat bersamaan Indonesia tengah dilanda kekeringan panjang akibat gelombang panas terparah di sepanjang sejarah dan mengakibatkan harga beras di musim kering mengalami kenaikan akibat gagal panen.