JT - Ketua Umum Indonesia Anti-Doping Organization (IADO) Gatot S. Dewa Broto menyatakan bahwa pengawasan anti-doping terhadap atlet pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut 2024 lebih lengkap dibandingkan PON sebelumnya di Papua.
"Di PON Papua, pengawasan hanya dilakukan dengan mengambil sampel, sedangkan di PON Aceh-Sumut kami melakukan pengambilan sampel, edukasi, investigasi, dan intelejensi," ujar Gatot saat dikonfirmasi melalui telepon di Jakarta, Sabtu.
Baca juga : Persib Bandung Serius Hadapi Persebaya di Pertandingan Lanjutan Liga 1
Ia menambahkan bahwa perhatian World Anti-Doping Agency (WADA) terhadap pengawasan anti-doping saat ini sangat serius dan ketat. Oleh karena itu, IADO pun menjalankan tugas pengawasan anti-doping dengan penuh keseriusan, mengingat PON kali ini digelar di dua provinsi, yang merupakan tantangan tersendiri.
Untuk pengawasan tersebut, IADO telah mengirimkan 23 petugas yang disebar di Aceh dan Sumatera Utara guna mengambil sampel, memberikan edukasi, serta melakukan investigasi dan intelejensi.
IADO menargetkan pengambilan 800 sampel urine dari atlet untuk tes doping, dengan pembagian 400 sampel di Aceh dan 400 sampel di Sumatera Utara. Sampel-sampel tersebut akan dikirim untuk pemeriksaan di laboratorium terakreditasi di Bangkok, Thailand.
Baca juga : Jay Idzes Cetak Gol, Juventus Ditahan Imbang Venezia 2-2
Lebih lanjut, Gatot menjelaskan bahwa peran edukasi anti-doping tidak dilakukan di setiap lokasi pertandingan, melainkan dipusatkan di ibu kota provinsi, yaitu Banda Aceh dan Medan, karena terbatasnya jumlah petugas.
Terkait kebutuhan tenaga Doping Control Officer (DCO), IADO akan memberangkatkan 16 petugas yang terakreditasi dan memiliki reputasi internasional dari Jakarta. Namun, jumlah tersebut masih belum mencukupi, sehingga IADO telah berkoordinasi dengan dinas kesehatan di kedua provinsi untuk merekrut puluhan DCO lokal beserta tenaga pendukung yang telah dilatih dan akan diawasi oleh DCO yang terverifikasi.