JT - Polisi Kenya menangkap lebih dari 170 orang pada Kamis (8/8) untuk menghentikan protes besar-besaran yang menuntut pengunduran diri Presiden William Ruto.
Aksi unjuk rasa ini terjadi di berbagai kota besar Kenya, termasuk ibu kota Nairobi, di mana polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa yang mencoba melakukan pawai menuju Gedung Negara.
Baca juga : Hizbullah Prediksi Hamas Bakal Berperan Sentral di Palestina Usai Perang
Demonstrasi yang terjadi di distrik bisnis pusat Nairobi menyebabkan kemacetan lalu lintas dan memaksa banyak bisnis untuk tutup. Polisi berhasil menghalangi rencana pertemuan besar pengunjuk rasa dengan memblokir jalan-jalan utama di ibu kota.
Menurut Kepala Polisi Kenya, Gilbert Masengeli, total 174 orang ditangkap di berbagai lokasi, termasuk 126 orang di Nairobi. Meski ketegangan meningkat, protes besar tidak dilaporkan terjadi di wilayah-wilayah oposisi utama seperti Kisumu dan Mombasa.
Dalam bentrokan dengan pengunjuk rasa, seorang petugas polisi dilaporkan terluka. Aktivis hak asasi manusia, Hussein Khalid, mengutuk penggunaan kekerasan oleh polisi, termasuk penembakan peluru tajam terhadap demonstran.
Baca juga : Arab Saudi Siapkan 27 Ribu Bus untuk Angkutan Haji 1445 H
Protes ini berlangsung bersamaan dengan pelantikan kabinet baru Presiden Ruto di Gedung Negara, yang mencakup 19 menteri baru.
Namun, meski ada pergantian kabinet, ketidakpuasan publik terhadap pemerintah Ruto terus meningkat, dengan warga Kenya masih menuntut pengunduran dirinya. * * *