JT - Jumlah korban tewas akibat unjuk rasa mahasiswa anti-kuota pekerjaan publik di Bangladesh telah meningkat menjadi 211 orang, menurut pejabat dan media lokal. Ketika jam malam di ibu kota Dhaka secara bertahap dilonggarkan, lebih banyak pengunjuk rasa meninggal akibat luka tembak.
Dua orang yang terluka parah meninggal pada Sabtu dini hari saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Dhaka Medical College (DMCH), seperti dilaporkan surat kabar New Age. Total korban tewas akibat kekerasan ini kini mencapai setidaknya 211 orang di seluruh negeri.
Baca juga : Serangan Teroris di Gereja Burkina Faso Tewaskan 15 Orang
Lebih dari 1.600 orang yang terluka masih menjalani perawatan di berbagai rumah sakit. Pemerintah mengumumkan akan melanjutkan jam malam militer hingga delapan hari berturut-turut, dengan jeda sembilan jam mulai pukul 8:00 pagi.
Menteri Dalam Negeri Asaduzzaman Khan menyatakan bahwa lembaga penegak hukum sedang menilai situasi untuk menentukan pencabutan pemberlakuan jam malam. Tentara terlihat berpatroli di Dhaka, sementara kantor dan industri mulai dibuka kembali pada Rabu lalu.
Perdana Menteri Sheikh Hasina mengunjungi beberapa rumah sakit di Dhaka untuk menanyakan kondisi orang-orang yang terluka dan juga mengunjungi gedung-gedung pemerintah yang rusak akibat protes.
Baca juga : Erdogan: 130.000 Warga Suriah Sudah Kembali ke Negara Asal Mereka
Lebih dari 6.200 orang telah ditangkap dalam 555 kasus dalam 10 hari terakhir, sebagian besar berasal dari partai oposisi Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) dan partai Jamaat-e-Islami Bangladesh serta mahasiswa.
Protes mahasiswa yang menuntut reformasi sistem kuota pekerjaan pemerintah memaksa pemerintah untuk mengurangi kuota dari 56 persen menjadi 7 persen, termasuk 5 persen untuk keturunan veteran perang, setelah pengadilan tinggi negara itu mengeluarkan putusan pada Minggu lalu.